Minggu, 24 Mei 2009

Artikel:
Pendidikan Berwawasan Global


PENDIDIKAN BERWAWASAN GLOBAL
(Penyusun : Renggani, Spd. SH.)

Pendidikan memiliki keterkaitan erat dengan globalisasi. Dalam menuju era globalisasi, Indonesia harus melakukan reformasi dalam proses pendidikan, yaitu dengan tekanan menciptakan sistem pendidikan yang lebih komprehensif dan fleksibel, sehingga para lulusan dapat berfungsi secara efektif dalam kehidupan masyarakat global demokratis. Oleh karena itu, pendidikan harus dirancang sedemikian rupa agar memungkinkan para anak didik dapat mengembangkan potensi yang dimiliki secara alami dan kreatif dalam suasana penuh kebebasasn, kebersamaan dan tanggung jawab. Selain itu, pendidikan harus dapat menghasilkan lulusan yang bisa memahami, masyarakatnya dengan segala faktor yang dapat mendukung mencapai sukses ataupun penghalang yang menyebabkan kegagalan di dalam kehidupan bermasyarakat. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan yaitu mengembangkan pendidikan yang berwawasan global.

Premis untuk memulai pendidikan berwawasan global adalah informasi dan pengetahuan tentang bagian dunia yang lain harus mengembangkan kesadaran kita bahwa kita akan dapat memahami lebih baik keadaan diri kita sendiri apabila kita dapat memahami hubungan terhadap masyarakat lain, dan isu-isu global sebagaimana dikemukakan oleh seorang psikolog bernama Csikszentmihalyi yang dalam bukunya berjudul the Evolving Self : Apsychology for the Third Milllenium, 1993. Beliau menyatakan bahwa perkembangan pribadi yang seimbang dan sehat memerlukan "an understanding of the complexities of an increasingly complex and interdependent word".

A. Perfektif Reformasi

Pendidikan berwawasan global merupakan suatu proses pendidikan yang dirancang untuk mempersdiapkan anak didik dengan kemampuan dasar intelektual dan tanggung jawab guna memasuki kehidupan yang bersifat kompetitif dan dengan derajat saling menggantungkan antar bangsa yang sangat tinggi. Pendidikan harus mengkhaitkan proses pendidikan yang berlangsung di sekolah dengan nilai-nilai yang selalu berubah di masyarakat global. Dengan demikian, sekolah harus memiliki orientasi nilai, di mana masyarakat tersebut harus selalu dikaji dalam kaitannya dengan masyarakat dunia.

Implikasi dari pendidikan berwawasan global menurut perfektif reformasi tidak hanya bersifat perombakan kurikulum, tetapi juga merombak sistem, struktur dan proses pendidikan. Pendidikan dengan kebijakan dasar sebagai kebijakan sosial tidak lagi cocok bagi pendidikan berwawasan global. Pendidikan berwawasan global harus merupakan kombinasi antara kebijakan yang mendasarkan pada mekanisme pasar. Maka dari itu, sistem dan struktur pendidikan harus bersifat terbuka, sebagaimana layaknya kegiatan yang memiliki fungsi ekonomis.

Kebijakan pendidikan yang berada di antara kebijakan sosial dan mekanisme pasar, memiliki arti bahwa pendidikan tidak semata-mata di tata dan diatur dengan menggunakan perangkat aturan sebagaimana yang berlaku sekarang ini, serba seragam, rinci dan instruktif. Tetapi pendidikan juga di atur layaknya suatu Mall, adanya kebebasan pemilik toko untuk menentukan barang apa yang akan dijual, bagaimana akan dijual dan dengan harga berapa barang akan dijual. Pemerintah tidak perlu mengatur segala sesuatu dengan rinci.

Selain itu, pendidikan berwawasan global bersifat sistematik organik, dengan ciri-ciri fleksibel-adaptif dan kreatif demokratis. Bersifat sistemik-organik artinya bahwa sekolah merupakan sekumpulan proses yang bersifat interaktif yang tidak bisa dilihat sebagai-hitam putih, tetapi setiap interaksi harus dilihat sebagai satu bagian dari keseluruhan interaksi yang ada.

Fleksibel-adaptif, artinya bahwa pendidikan lebih ditekankan sebagai suatu proses learning daripada teaching. Anak didik dirangsang untuk memiliki motivasi untuk mempelajari sesuatu yang harus dipelajari dan continues learning. Tetapi, anak didik tidak akan dipaksa untuk dipelajari. Sedangkan materi yang dipelajari bersifat integrated, materi satu dengan yang lain dikaitkan secara padu dan dalam open-sistem environment. Pada pendidikan tersebut karakteristik individu mendapat tempat yang layak.

Kreatif demokratis, berarti pendidikan senantiasa menekankan pada suatu sikap mental untuk senantiasa menghadirkan suatu yang baru dan orisinil. Secara paedagogis, kreativitas dan demokrasi merupakan dua sisi dari mata uang. Tanpa demokrasi tidak akan ada proses kreatif, sebaliknya tanpa proses kreatif demokrasi tidak akan memiliki makna.

Untuk memasuki era globalisasi pendidikan harus bergeser kearah pendidikan yang berwawasan global. Dari perspektif kurikuler pendidikan berwawasan global berarti menyajikan kurikulum yang bersifat interdisipliner, multidisipliner, dan transdisipliner. Berdasarkan perspektif reformasi, pendidikan berwawasan global berarti menuntut kebijakan pendidikan tidak semata-mata sebagai kebijakan sosial, melainkan suatu kebijakan yang berada di antara kebijakan sosial dan kebijakan yang mendasarkan pada mekanisme pasar. Maka dari itu, pendidikan harus memiliki kebebasan dan bersifat demokratis, fleksibel dan adaptif.

B. Perspektif Kurikuler

Pendidikan berwawasan global dapat dikaji berdasarkan pada dua perspektif yaitu perspektif reformasi dan perspektif kurikuler. Berdasarkan persperktif kurikuler, pendidikan berwawasan global merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan untuk mempersiapkan tenaga terdidik kelas menengah dan professional dengan meningkatkan kemampuan individu dalam memahami masyarakatnya dalam kaitannya dengan kehidupan masyarakat dunia, dengan ciri-ciri sebagai berikut :

  1. Mempelajari budaya, sosial, politik dan ekonomi bangsa lain dengan titik berat memahami adanya saling ketergantungan

  2. Mempelajari barbagai cabang ilmu pengetahuan untuk dipergunakan sesuai dengan kebutuhan lingkungan setempat,dan

  3. Mengembangkan berbagai kemungkinan berbagai kemampuan dan keterampilan untuk bekerjasama guna mewujudkan kehidupan masyarakat dunia yang lebih baik.

Oleh karena itu, pendidikan berwawasan global akan menekankan pada pembahasan materi yang meliputi:

  • Adanya saling ketergantungan di antara masyarakat dunia

  • Adanya perubahan yang akan terus berlangsung dari waktu ke waktu

  • Adanya perbedaan kultur di antara masyarakat atau kelompok-kelompok dalam masyarakat

  • Adanya kenyataan bahwa kehidupan dunia itu memiliki berbagai keterbatasan antara lain dalam wujud ketersediaan barang-barang kebutuhan yang jarang

  • Untuk dapat memenuhi kebutuhan yang jarang tersebut tidak mustahil dapat menimbulkan konflik-konflik.

Maka dari itu, perlu adanya upaya untuk saling memahami budaya yang lain. Berdasarkan perspektif kurikuler ini, pengembangan pendidikan berwawasan global memiliki implikasi kearah perombakan kurikulum pendidikan. Mata pelajaran dan mata kuliah yang dikembangkan tidak lagi bersifat monolitik melainkan lebih banyak yang bersifat integratif. Dalam arti mata kuliah lebih ditekankan pada kajian yang bersifat multidisipliner, interdisipliner dan transdisipliner.

Artikel:
Pendidikan Nasional Masih Sentralistik



Perubahan demi perubahan terus terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia. Tahun pelajaran 2006/2007, Depdiknas meluncurkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau akrab disebut kurikulum 2006. KTSP memberikan kebebasan kepada setiap sekolah untuk mengembangkan kurikulum dengan tetap memperhatikan potensi masing-masing sekolah dan potensi daerah sekitar.

Desentralisasi pendidikan merupakan terobosan besar dalam pembangunan bangsa yang selama ini memakai paradigma top-down berubah menjadi memakai paradigma bottom-up. Sesuai dengan PP No.25 tahun 2000 maka sejumlah kewenangan dalam bidang pendidikan yang selama ini berada di pusat akan dilimpahkan kepada institusi penyelenggara pendidikan dalam bingkai pemerintah daerah dan sekolah, termasuk dalam hal pengembangan kurikulum sekolah yang sekarang dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Kini sekolah secara penuh memiliki otonomi dalam mengembangkan pendidikan. sekolah diizinkan untuk menyusun sendiri kurikulum yang akan diajarkan, tentunya tetap berdasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ditetapkan oleh pemerintah dalam hal ini adalah Depdiknas. Sekolah dapat memilih kurikulum mana yang sekiranya dibutuhkan di sekolah dapat di jalankan dengan keleluasaan. Begitu juga proses pembelajarannya dapat dilakukan sesesuai kebutuhan.

Namun, disamping proses desentralisasi yang ada saat ini, hal yang menarik adalah, di satu sisi pihak sekolah diberi kebebasan mengembangkan kreativitasnya dalam mengelola sekolah, baik menejemen maupun kurikulumnya, namun di sisi lain untuk masalah menentukan kelulusan siswanya masih tetap sentralisik. UN tetap menjadi tahapan yang harus dilewati siswa yang berasal dari berbagai sekolah yang telah menyusun sendiri kurikulumnya dan menentukan sendiri muatan materi dan kedalaman materi pokoknya. Tentu saja hal tersebut mengidentifikasikan bahwa KTSP digarap dengan kurang integral. KTSP yang berorientasi pada sekolah, berbeda dengan UN yang sentralistik. Disini Terjadi disintegrasi antara Otonomi Pendidikan dalam penyusunan kurikulum dan Sentralisasi pendidikan dalam hal kelulusan.

Alasan pemerintah untuk tetap melaksanakan UN adalah menjalankan amanat PP nomor 19 tahun 2005. padahal dengan tetap dilaksanakannya UN disekolah, berarti pemerintah masih menggunakan sistem Pendidikan yang Sentralistik. Disinilah terjadi ambivalensi antara sentralistik dan disentralistik dalam dunia pendidikan Indonesia.

Dengan masih diberlakukannya UN, sekolah tidak lagi memperhatikan bagaimana membentuk kultur sekolah (school culture) yang memiliki komitmen untuk memelihara nilai-nilai unggul (living values) yang menjadi spirit, acuan, dan iklim kehidupan bagi guru, murid, maupun karyawan. Kalau yang dimenjadi target siswa adalah kelulusan dengan nilai bagus dan mendapatkan ijazah, tanpa memperhatikan niulai-nilai proses belajar, maka sekolah tidak lagi memiliki visi kebangsaan dan komitmen kemanusiaan serta etos keilmuan yang kuat.

Artikel:
Masalah Pendidikan di Indonesia



MASALAH PENDIDIKAN DI INDONESIA

Kurang optimalnya pelaksanaan sistem pendidikan (yg sebenarnya sudah cukup baik) di Indonesia yang disebabkan sulitnya menyediakan guru-guru berkompetensi untuk mengajar di daerah-daerah.Sebenarnya kurikulum Indonesia tidak kalah dari kurikulum di negara maju, tetapi pelaksanaannya yang masih jauh dari optimal. Kurang sadarnya masyarakat mengenai betapa pentingnya pendidik dalam membentuk generasi mendatang sehingga profesi ini tidak begitu dihargai.

Sistem pendidikan yang sering berganti-ganti, bukanlah masalah utama, yang menjadi masalah utama adalah pelaksanaan di lapangan, kurang optimal. Terbatasnya fasilitas untuk pembelajaran baik bagi pengajar dan yang belajar. Hal ini terkait terbatasnya dana pendidikan yang disediakan pemerintah.

Banyak sekali kegiatan yang dilakukan depdiknas untuk meningkatkan kompetensi guru, tetapi tindak lanjut yang tidak membuahkan hasil dari kegiatan semacam penataran, sosialisasi. Jadi terkesan yang penting kegiatan itu terlaksana selanjutnya, tanpa memperhatikan manfaat yang dapat diperoleh.

Jika kondisi semacam itu tidak diubah untuk dibenahi kecil harapan pendidikan bisa lebih maju/baik. Maka pendidikan Indonesia sulit untuk maju. Selama ini kesan kuat bahwa pendidikan yg berkualitas mesti bermodal/berbiaya besar. Tapi oleh pemerintah itu tidak ditanggapi, kita lihat saja anggaran pendidikan dalam APBN itu. Padahal semua tahu bahwa pendidikan akan membaik jika gurunya berkompetensi dan cukup dana untuk memfasilitasi kegiatan pembelajaran.

Adanya biaya pendidikan yang mahal, menyulitkan sebagian masyarakat Indonesia yang kurang mampu. Hal ini dapat mengakibatkan banyaknya anak-anak Indonesia yang terancam putus sekolah. Oleh karena itu, sangat lah di perlukan peningkatan dana pendidikan di Indonesia agar dapat membantu masyarakat Indonesia yang kurang mampu melalui program beasiswa, orang tua asuh, dan dapat juga dengan pembebasan biaya pendidikan.

Artikel:
Mahalnya Biaya Pendidikan Sekarang ini



Pendidikan merupakan faktor kebutuhan yang paling utama dalam kehidupan. Biaya pendidikan sekarang ini tidak murah lagi karena dilihat dari penghasilan rakyat Indonesia setiap harinya. Mahalnya biaya pendidikan tidak hanya pendidikan di perguruan tinggi melainkan juga biaya pendidikan di sekolah dasar sampai sekolah menengah keatas walaupun sekarang ini sekolah sudah mendapat Bantuan Operasional Sekolah (BOS) semuanya masih belum mencukupi biaya pendidikan bagi masyarakat yang kurang mampu.

Pendidikan di Indonesia masih meupakan investasi yang mahal sehingga diperlukan perencanaan keuangan serta disiapkan dana pendidikan sejak dini. Setiap keluarga harus memiliki perencanaan terhadap keluarganya sehingga dengan adanya perencanaan keuangan sejak awal maka pendidikan yang diberikan pada anak akan terus sehingga anak tidak akan putus sekolah. Tanggung jawab orang tua sangatlah berat karena harus membiayai anak sejak dia lahir sampai ke jenjang yang lebih tinggi.

Mahalnya biaya pendidikan sekarang in dan banyaknya masyarakat yang berada dibawah garis kemiskinan sehingga tidak begitu peduli atau memperhatikan pentingnya pendidikan bagi sang buah hatinya, sehingga membuat anak putus sekolah, anak tersebut hanya mendapat pendidikan sampai pada jenjang sekolah menengah pertama artau sekolah menengah keatas. Padahal pemerintah ingin menuntaskan wajib belajar sembilan tahun. Jika masalah ini tidak mendapat perhatian maka program tersebut tidak akan terealisasi. Banyak anak yang putus sekolah karena orng tua tidak mampu untuk menyekolahkan anaknya.

Sehingga kami berharap pada pemerintah untuk memberikan kebijakan dan peduli terhadap pendidikan dan masyarakat Indonesia, karena sekarang ini bangsa Indonesia banyak mengalami problema khususnya problema bencana alam yang mengakibatkan rusaknya lembaga pendidikan.

PERMASALAHAN PENDIDIKAN SEKARANG INI

Mengenai masalah pedidikan, perhatian pemerintah kita masih terasa sangat minim. Gambaran ini tecermin dari beragamnya masalah pendidikan yang makin rumit. Kualitas siswa masih rendah, pengajar kurang profesional, bahkan aturan UU Pendidikan kacau. Dampak dari pendidikan yang buruk itu, negeri kita kedepannya makin terpuruk. Keterpurukan ini dapat juga akibat dari kecilnya rata-rata alokasi anggaran pendidikan baik di tingkat nasional, propinsi, maupun kota dan kabupaten.

Berbicara tentang anggaran pendidikan ini memang sangat dilematis. Dalam kenyataannya, permasalahan utama sebenarnya bukan pada nilai anggaran saja. Hal ini terbukti bahwa meskipun anggaran kita kurang dari angka 20 persen dari APBN. Tetapi dalam hal ini pemerintah berusaha menaikkan anggaran pendidikan dari tahun ke tahun. Pertanyaannya adalah bahwa, apakah kenaikan anggaran itu telah dapat mendongkrak pencapaian hakikat penyelenggaran pendidikan itu sendiri? Belum lagi adanya berbagai penyalahgunaan anggaran pendidikan, mulai dari masih maraknya pungutan liar dari tingkat perguruan tinggi sampai dengan penyelewengan dana BOS.

Penyelesaian masalah pendidikan tidak semestinya dilakukan secara terpisah-pisah, tetapi harus ditempuh langkah atau tindakan yang sifatnya menyeluruh. Artinya, kita tidak hanya memperhatikan kepada kenaikkan angaran saja. Sebab percuma saja, jika kualitas Sumber Daya Manusia dan mutu pendidikan di Indonesia masih rendah. Masalah penyelenggaraan Wajib Belajar Sembilan tahun sejatinya masih menjadi PR besar bagi kita. Kenyataan yang dapat kita lihat bahwa banyak di daerah-daerah pingiran yang tidak memiliki sarana pendidikan yang memadai. Dengan terbengkalainya program wajib belajar sembilan tahun mengakibatkan anak-anak Indonesia masih banyak yang putus sekolah sebelum mereka menyelesaikan wajib belajar sembilan tahun. Dengan kondisi tersebut, bila tidak ada perubahan kebijakan yang signifikan, sulit bagi bangsa ini keluar dari masalah-masalah pendidikan yang ada, apalagi bertahan pada kompetisi di era global.

Ada beberapa masalah utama pendidikan kita saat ini yang perlu dicermati, yaitu rendahnya kualitas SDM pendidikan dan sistem pendidikan yang kita pakai. Banyaknya pelajar Indonesia masih belajar dalam taraf menghafal saja. Dimana hanya berbekal hafalan tidak membuat tambahnya suatu kecerdasan maupun tambahnya kedewasaan seseorang.Untuk mengatasi masalah itu, perlu usaha keras dari pelajar, pangajar, dan pemerintah sebagai pemegang berwenang dan mengelola dana. Bagaimana agar pelajar dapat mengembangkan potensi yang dimiliki para anak didik melalui kendali dan kontrol dari guru. Sedangkan pemerintah sebagai penyedia sarana dan prasarana ada upaya agar tercukupi. Dengan buruknya sarana dan prasarana pendidikan dan kurikulum yang kurang efektif. Semua itu berasal dari hal yang terpisah-pisah, yaitu sistem pendidikan dan taraf kemampuan SDM pendidikan.Untuk meningkatkan alokasi dana pendidikan yang memadai dengan meletakkan pembangunan pendidikan sebagai perioritas pertama.

Selain itu dengan meningkatkan kesejahteraan dan penghargaan terhadap peran guru sebagai pilar utama pendidikan dan pembangunan bangsa. Posisi guru dan pendidik harus dihargai sebagai profesi yang mulia. Namun, peningkatan kesejahteraan guru ini tidak hanya meningkatkan gaji saja, melainkan pada saat yang sama mutu pendidikan harus lebih meningkat. Tanggung jawab sejauh mana kontrol guru terhadap murid, terhadap proses belajar mengajar. Apakah anak didik telah mampu menerima materi yang disampaikan hingga dapat bermanfaat sebagai bekal hidup dan matinya. Karena itu, sistem penggajian harus dikaitkan dengan peningkatan kinerja dan kepribadian pengajar.

Keuangan & Finansial
Agar Gaji Tidak Cepat Habis
Ditulis oleh Natalie Putri

Easy come, easy go. Mungkin itulah slogan yang bisa menggambarkan tentang aliran uang. Rasanya baru gajian minggu lalu, kok minggu ini sudah habis? Diperlukan komitmen dan disiplin diri yang tinggi untuk bisa menabung dan tidak menghamburkannya begitu saja. Terlebih lagi jika Anda mesti menabung banyak uang untuk hal-hal yang ingin dilakukan dalam waktu dekat, misalnya pernikahan, kelahiran anak, dan lainnya. Berikut adalah tips yang bisa Anda lakukan untuk merencanakan aliran uang Anda tetap dalam jalur yang diinginkan.

Selanjutnya...
Pengeluaran Tak Terduga
Ditulis oleh Safir Senduk

Anda sering mendengar istilah "Pengeluaran Tak Terduga" bukan? Saat menjadi pembicara seminar, saya berkali-kali mendengar keluhan dari peserta seminar yang sering mengalami defisit hanya karena adanya pengeluaran tak terduga. Entah pengeluaran itu memang muncul tak diduga atau sebenarnya sudah diduga, hanya saja munculnya terlalu cepat.

Ada beberapa contoh pengeluaran tak terduga. Misalnya, Anda sakit. Mau tak mau harus pergi ke dokter. Bisa juga kendaraan anda ditabrak hingga Anda harus pergi ke bengkel. Atau saudara yang menginap berberapa hari di rumah, sehingga Anda harus keluar uang lebih dari biasanya untuk membeli sembako.

Selanjutnya...
Menghadapi Kenaikan Harga
Ditulis oleh Safir Senduk


Harga-harga naik. Itu semua orang sudah tahu. Tarif BBM naik, tarif telepon - katanya - juga akan naik. Tarif Dasar Listrik juga bakal naik. Harga barang-barang - dipastikan - juga akan naik. Iyalah, tiap kali tarif BBM, telepon dan listrik naik, maka harga barang-barang kebutuhan rumah tangga biasanya akan naik juga. Barang-barang kebutuhan rumah tangga itu bisa berupa barang-barang perawatan rumah tangga, perawatan diri, maupun bahan-bahan makanan.

Selanjutnya...
Mencari Penghasilan Tambahan E-mail
Ditulis oleh Safir Senduk

Kenapa sih Anda perlu penghasilan tambahan? Seperti yang pernah dikatakan, bahwa salah satu kunci kesejahteraan keuangan dalam keluarga sebetulnya bukanlah di seberapa besar jumlah penghasilan Anda, tapi bagaimana Anda mengelola penghasilan tersebut. Berapapun besarnya penghasilan dalam keluarga Anda, kalau Anda tidak bisa mengelolanya dengan baik, maka kesejahteraan tidak akan bisa Anda raih.

Namun demikian, apakah Anda sebaiknya tidak usah menambah penghasilan dalam keluarga Anda? Tidak juga. Penghasilan yang besar memang tidak menjamin bahwa keluarga Anda bisa mencapai kesejahteraan keuangan, tapi penghasilan yang besar bisa membantu keluarga Anda mencapai kesejahteraan. Jadi sekali lagi, penghasilan yang besar tidak menjamin, tetapi hanya membantu. Karena itu, akan lebih baik kalau Anda bisa menambah sumber penghasilan Anda.

Selanjutnya...
Bisa Tetap Liburan Saat Ekonomi Sulit
Ditulis oleh Eko Endarto


Liburan sekolah tidak lama lagi akan tiba..... Bagi anak-anak, setelah berbulan-bulan berkutat dengan berbagai PR, tugas, dan tumpukan buku, inilah saatnya bermain dan menyegarkan otak, sebelum tahun ajaran baru dimulai. Bagi orangtua, kesibukan mereka saban hari di kantor bakal mereka tebus dengan mengajak anak-anaknya liburan.

Tapi, bagaimana dengan tahun ini? Kenaikan harga pangan, BBM, dan harga-harga lainnya tentu berdampak buruk buat keluarga. Masalahnya, apakah acara liburan yang sudah lama dinanti dan dirancang itu harus dibatalkan?

Selanjutnya...
Tidak Ada Alasan Untuk Tidak Menabung
Ditulis oleh Safir Senduk

"Siapa, sih, yang tak ingin punya tabungan? Saya juga mau, kok, menabung. Masalahnya, uang saya habis terus..."

"Belum lagi anak-anak minta dibelikan sepatu..."

"Saya kan juga perlu beli ini dan itu..."

"Ah, saya memang enggak berbakat mengelola uang..."

Kata-kata tersebut diatas mungkin akrab di telinga Anda, atau mungkin Anda sendiri yang mengalaminya. Anda ingin sekali bisa menabung, tapi dalam prakteknya, hal itu sulit dilakukan. Anda selalu kehabisan uang di akhir bulan sehingga tidak bisa menabung. Apakah Anda tergolong orang yang seperti itu?

Selanjutnya...
Mengatasi Sifat Boros
Ditulis oleh safir senduk


Suatu hari, ketika saya selesai memberikan seminar tentang Mengatur Pengeluaran Secara Bijak, seorang lelaki muda peserta seminar datang kepada saya dan mengajak saya ngobrol. Setelah berbincang-bincang sebentar, ia bertanya, "Pak, apakah Anda orang yang selalu hemat dalam segala pengeluaran Anda?"

Saya tersenyum, "Kenapa Anda tanya begitu?"

Dia menjawab, "Yah, bukankah dengan melakukan perencanaan keuangan berarti kita harus selalu berhemat?"

Saya menggeleng, "Tidak."

Selanjutnya...
Perlukah Suami-Istri Miliki Rekening Bersama ?
Ditulis oleh Administrator

Rekening bersama adalah rekening yang dimiliki atas nama dua orang, di mana biasanya kedua orang pemilik itu sama-sama memiliki hak untuk menarik uang tersebut. Dalam keluarga, Rekening bersama biasanya dimiliki oleh suami istri.

Selanjutnya...
3 Resiko Investasi Yang Paling Ditakuti
Ditulis oleh Safir Senduk

"Beranikah saya mengambil risiko dalam berinvestasi?" Pertanyaan ini mungkin sering terlontar bila Anda sedang menimbang-nimbang untuk melakukan investasi. Katakan Anda punya uang Rp 10 juta, dan Anda bingung apakah akan menaruhnya di bank atau di tempat lain. Kalau ditaruh di bank, Anda mungkin merasa aman. Tetapi kadang-kadang, tawaran investasi di tempat lain seringkali cukup besar dan sangat menggoda, sehingga ini kadang-kadang menakutkan Anda.

Yang namanya investasi pasti ada risikonya. Nah, dari pengalaman saya selama ini, biasanya hanya ada tiga (3) risiko yang paling ditakutkan orang ketika mereka berinvestasi:

Selanjutnya...
Tiga Cara Mengalahkan Hutang
Ditulis oleh Mike Rini

Berhentilah menghalangi kebebasan finansial Anda, jangan terus menerus menguras tabungan masa depan. Hutang adalah musuh nomor satu yang merampas impian banyak orang dan kebanyakan orang benar-benar tak berdaya dengan hutangnya. Karena itu sekaranglah saat yang tepat untuk memberantasnya.

Selanjutnya...
Mengenal Pos-Pos Pengeluaran
Ditulis oleh Safir Senduk


Meski tidak pernah diinginkan terjadi dalam keuangan keluarga ataupun perusahaan, defisit itu seringkali tidak bisa dihindari. Bahkan uniknya, seringkali defisit terjadi berulang-ulang dan dari bulan ke bulan tanpa bisa dihentikan. Defisit adalah suatu kondisi di mana pengeluaran keluarga Anda lebih besar daripada pemasukan.


Artikel:
Pendidikan Luar Sekolah


Bahan ini cocok untuk Informasi / Pendidikan Umum.
Nama & E-mail (Penulis): Isjoni
Saya Dekan di FKIP Universitas Riau
Tanggal: 8 Pebruari 2004
Judul Artikel: Pendidikan Luar Sekolah
Topik: Pendidikan Luar Sekolah : Sebuah Alternatif

Kita menyadari bahwa SDM kita masih rendah, dan tentunya kita masih punya satu sikap yakni optimis untuk dapat mengangkat SDM tersebut. Salah satu pilar yang tidak mungkin terabaikan adalah melalui pendidikan non formal atau lebih dikenal dengan pendidikan luar sekolah (PLS).

Seperti kita ketahui, bahwa rendahnya SDM kita tidak terlepas dari rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, terutama pada usia sekolah. Rendahnya kualitas SDM tersebut disebabkan oleh banyak hal, misalnya ketidakmampuan anak usia sekolah untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, sebagai akibat dari kemiskinan yang melilit kehidupan keluarga, atau bisa saja disebabkan oleh oleh angka putus sekolah, hal yang sama disebabkan oleh factor ekonomi

Oleh sebab itu, perlu menjadi perhatian pemerintah melalui semangat otonomi daerah adalah mengerakan program pendidikan non formal tersebut, karena UU Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional secara lugas dan tegas menyebutkan bahwa pendidikan non formal akan terus ditumbuhkembangkan dalam kerangka mewujudkan pendidikan berbasis masyarakat, dan pemerintah ikut bertanggungjawab kelangsungan pendidikan non formal sebagai upaya untuk menuntaskan wajib belajar 9 tahun.

Dalam kerangka perluasan dan pemerataan PLS, secara bertahap dan bergukir akan terus ditingkatkan jangkauan pelayanan serta peran serta masyarakat dan pemerintah daerah untuk menggali dan memanfaatkan seluruh potensi masyarakat untuk mendukung penyelenggaraan PLS, maka Rencana Strategis baik untuk tingkat propinsi maupun kabupaten kota, adalah :

  1. Perluasan pemerataan dan jangkauan pendidikan anak usia dini;

  2. Peningkatan pemerataan, jangkauan dan kualitas pelayanan Kejar Paket A setara SD dan B setara SLTP;

  3. Penuntasan buta aksara melalui program Keaksaraan Fungsional;

  4. Perluasan, pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan perempuan (PKUP), Program Pendidikan Orang tua (Parenting);

  5. Perluasan, pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan berkelanjutan melalui program pembinaan kursus, kelompok belajar usaha, magang, beasiswa/kursus; dan

  6. Memperkuat dan memandirikan PKBM yang telah melembaga saat ini di berbagai daerah di Riau.

Dalam kaitan dengan upaya peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan, maka program PLS lebih berorientasi pada kebutuhan pasar, tanpa mengesampingkan aspek akademis. Oleh sebab itu Program PLS mampu meningkatkan pengetahuan, keterampilan, profesionalitas, produktivitas, dan daya saing dalam merebut peluang pasar dan peluang usaha, maka yang perlu disusun Rencana strategis adalah :

  1. Meningkatkan mutu tenaga kependidikan PLS;

  2. Meningkatkan mutu sarana dan prasarana dapat memperluas pelayanan PLS, dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil;

  3. Meningkatkan pelaksanaan program kendali mutu melalui penetapan standard kompetensi, standard kurikulum untuk kursus;

  4. Meningkatkan kemitraan dengan pihak berkepentingan (stakholder) seperti Dudi, asosiasi profesi, lembaga diklat; serta

  5. Melaksanakan penelitian kesesuain program PLS dengan kebutuhan masyarakat dan pasar. Demikian pula kaitan dengan peningkatan kualitas manajemen pendidikan.

Strategi PLS dalam rangka era otonomi daerah, maka rencana strategi yang dilakukan adalah :

  1. Meningkatkan peranserta masyarakat dan pemerintah daerah;
  2. Pembinaan kelembagaan PLS;
  3. Pemanfaatan/pemberdayaan sumber-sumber potensi masyarakat;
  4. Mengembangkan sistem komunikasi dan informasi di bidang PLS;
  5. Meningkatkan fasilitas di bidang PLS

Semangat Otonomi Daerah PLS memusatkan perhatiannya pada usaha pembelajaran di bidang keterampilan lokal, baik secara sendiri maupun terintegrasi. Diharapkan mereka mampu mengoptimalkan apa yang sudah mereka miliki, sehingga dapat bekerja lebih produktif dan efisien, selanjutnya tidak menutup kemungkinan mereka dapat membuka peluang kerja.

Pendidikan Luar Sekolah menggunakan pembelajaran bermakna, artinya lebih berorientasi dengan pasar, dan hasil pembelajaran dapat dirasakan langsung manfaatnya, baik oleh masyarakat maupun peserta didik itu sendiri..

Di dalam pengembangan Pendidikan Luar Sekolah, yang perlu menjadi perhatian bahwa, dalam usaha memberdayakan masyarakat kiranya dapat membaca dan merebut peluang dari otonomi daerah, pendidikan luar sekolah pada era otonomi daerah sebenarnya diberi kesempatan untuk berbuat, karena mustahil peningkatan dan pemberdayaan masyarakat menjadi beban pendidikan formal saja, akan tetapi pendidikan formal juga memiliki tanggungjawab yang sama. .

Oleh sebab itu sasaran Pendidikan Luar Sekolah lebih memusatkan pada pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan berkelanjutan, dan perempuan.

Selanjutnya Pendidikan Luar Sekolah harus mampu membentuk SDM berdaya saing tinggi, dan sangat ditentukan oleh SDM muda (dini), dan tepatlah Pendidikan Luar sekolah sebagai alternative di dalam peningkatan SDM ke depan.

PLS menjadi tanggungjawab masyarakat dan pemerintah sejalan dengan Pendidikan Berbasis Masyarakat, penyelenggaraan PLS lebih memberdayakan masyarakat sebagai perencana, pelaksanaan serta pengendali, PLS perlu mempertahankan falsafah lebih baik mendengar dari pada didengar, Pemerintah daerah propinsi, kabupaten dan kota secara terus menerus memberi perhatian terhadap PLS sebagai upaya peningkatan SDM, dan PLS sebagai salah satu solusi terhadap permasalahan masyarakat, terutama anak usia sekolah yang tidak mampu melanjutkan pendidikan, dan anak usia putus sekolah..Semoga.

Sabtu, 23 Mei 2009


Artikel:
Menyoal Carut Marut Pendidikan
Judul: Menyoal Carut Marut Pendidikan
Bahan ini cocok untuk Informasi / Pendidikan Umum.
Nama & E-mail: Yanto
Saya Mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Malang
Tanggal: 11-8-2004

Menyoal Carut Marut Pendidikan
Oleh: Yanto AP
Setiap pergantian tahun ajaran baru, para orang tua disibukkan dengan kegiatan mencari sekolah bagi anak-anaknya. Tidak perduli walaupun mahal. Bahkan jika perlu main suap. Asalkan sang anak dapat masuk di lembaga pendidikan yang dianggap bergengsi atau prestisius. Kendatipun demikian, benarkah lembaga pendidikan yang bergengsi tersebut pasti bermutu? Nampaknya tidak demikian. Oleh karena itu, sudah saatnya masyarakat mengoreksi sistem pendidikan. Agar tidak terjebak pada komersialisasi saja. Sedangkan mutunya banyak diabaikan. Terlepas dari kekurangan itu, membanding sistem pendidikan dasar, lanjutan dan menengah umum kita nampaknya jauh lebih baik daripada sistem lembaga pendidikan tinggi (LPT) yang mencetak sarjana.

Menjadi seorang sarjana adalah dilema besar. Jika mereka tak mampu berbuat apa-apa, maka bukan hanya masyarakat yang mencela. LPT tempat mereka berproses, sebagai sarjanapun juga ikut menyalahkan. Benarkah, banyaknya sarjana kita sebagai penganggur adalah kesalahannya sendiri? Hal inilah yang jarang dipertanyakan. Sebab kampus sudah menjadi "tempat suci" yang disakralkan. Celakanya diperparah juga oleh media yang jarang menyoal pertanggungjawaban LPT. Ini bisa dimengerti. Karena mereka turut berkepentingan dengan suburnya bisnis LPT. Diduga, guyuran pemasangan iklan, di media, saat musim penerimaan mahasiswa baru, bisa bernilai ratusan juta hingga milliaran rupiah.

Kondisi tersebut tidak adil. Hal ini sungguh bertolakbelakang dengan rayuan dan janji-janji saat promosi untuk menarik calon peserta didik baru di LPT. Kalau mau jujur. Tanpa banyak disadari, sebetulnya lembaga pendidikan tinggi mencetak sampah masyarakat. Seorang bergelar sarjana menjadi tidak berguna, ketika kebingungan menentukan perannya ditengah-tengah masyarakat. LPT terkesan tidak mau tahu dengan lulusannya. Yang banyak dilakukan, hanya mencatat alumninya yang sukses bekerja. Padahal seharusnya mereka berani bertanggungjawab dengan ketidakberhasilannya membuat para sarjana eksis ditengah masyarakat.

Ketidakmampuan seorang lulusan LPT yang kini jumlahnya makin membengkak, sesungguhnya lebih dipengaruhi oleh buruknya proses belajar, yang digunakan selama ini. Cukup susah untuk mendefinisikan apa saja yang menjadi penyebab utamanya. LPT, dengan segala cara, akan mempertahankan citranya tetap baik ditengah masyarakat. Semakin keras dipertanyakan kualitasnya, maka semakin hebat mereka mengelak. Tetapi ada satu jurus yang sulit untuk didebat dengan dalih apapun. Termasuk dalih tidak ilmiah, dan tidak akademis. Sebagaimana sering dijadikan penangkal, dari serangan kritik. Jika memang benar, LPT telah mendidik seseorang dengan berkualitas, beranikah mereka membuat perjanjian yang berkekuatan hukum? Alih-alih apabila ternyata lulusannya tidak sesuai, dengan janjinya saat promosi, akan sukarela digugat dipengadilan sekalipun.

Pentingnya membuat perjanjian dengan calon siswa sebelum masuk ke LPT, akan benar-benar menjadi seleksi mana LPT yang sesungguhnya lebih berkualitas dalam mencetak sarjana. Sebab, LPT yang tidak bermutu proses belajar-mengajarnya, segera akan tersisih. Sistem penentuan kualitas LPT ala Badan Akreditasi Nasional (BAN) yang selama ini diterapkan perlu dikoreksi kembali. Untuk menentukan kualitas LPT tidak cukup dilihat, dari berapa jumlah pengajar beritel S2 maupun S3 yang dimiliki. Kemudian perangkat fasilitas dan bangunan yang megah. Penelitian-penelitian yang meragukan akurasinya. Tentunya, akreditasi berdasarkan hal tersebut berpotensi menyesatkan. Semakin menjauhkan cita-cita LPT itu sendiri dari tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Di saat berlangsungnya test seleksi penerimaan mahasiswa baru(SPMB) tanggal 14 hingga 16 Juli 2004 kemarin, sebuah lembaga pendidikan luar sekolah (PLS) di kota Malang, Jawa Timur, memasang iklan dalam sebuah acara expo pendidikan, yang menarik untuk dikaji.

Iklan tersebut, menunjukkan contoh surat Perjanjian yang telah dibuat antara pemilik PLS, dengan calon siswa diatas kertas bermaterai. Disebutkan didalamnya. Selain semua hal-hal yang sifatnya normatif untuk disampaikan. Pasal-pasal perjanjian mencantumkan perihal jaminan pasca pendidikan. Termasuk konsekuensi bagi penyelenggara, untuk sukarela dituntut apabila tidak sesuai dengan promosi yang pernah dilakukan. Diantaranya, bersedia mengembalikan biaya pendidikan seratus persen selama proses pendidikan. Termasuk bila perlu dituntut dimuka pengadilan.

Substansi apa yang dilakukan oleh PLS tersebut bisa menjadi bahan perenungan bersama. Kiranya, apabila tujuhpuluh persen saja para penyelenggara pendidikan dinegeri ini, termasuk LPT mampu membuat perjanjian yang berkonsekuensi hukum seperti itu, maka secara drastis pula kita akan melihat sarjana yang tidak berdaya menurun jumlahnya. Missi dan vissi pendidikan LPT, seyogyanya, bukan hanya pemanis identitas saja. Tetapi perlu dituangkan secara riil mulai bentuk perencanaan, penyusunan, dan pelaksanaan program pendidikan yang jelas, terarah dan bertanggungjawab.

Agar LPT berani bertanggungjawab dengan para sarjananya, maka setidak-tidaknya mereka harus memenuhi beberapa hal berikut ini. Pertama, memiliki suatu gambaran yang matang, mengenai siapa dan bagaimana, calon mahasiswa (input)yang akan disaring, sebagai peserta didik nantinya. Kalau perlu sistem pemilihan jurusan dalam SPMB yang memungkinkan peserta memilih lebih dari satu LPT negeri, diganti menjadi test lokal seperti yang dilakukan LPT swasta. Mengapa? Hal ini bertujuan untuk memberi keleluasaan pada LPT sendiri dalam menentukan kriteria calon peserta didik yang akan mereka bentuk. Sekaligus, sebagai sikap kritis terhadap mainstream pendidikan yang sering mengacu pada pepatah lama Tut Wury Handayani. Membiarkan dan mengawasi. Seharusnya mainstream pendidikan sekarang adalah menciptakan dan mengembangkan.

Kedua, mengacu pada hukum permintaan dan penawaran dalam ekonomi, maka perlu membatasi jumlah calon peserta didik LPT sesuai dengan daya serap yang dibutuhkan.Artinya LPT ikut bertanggungjawab menciptakan peluang dan kesempatan sebagai tempat eksis para sarjana. Bukannya memproduksi saja. Tetapi, juga menciptakan pasar sesuai dengan arah bidang studinya masing-masing. Hal ini merupakan langkah penting untuk mencegah terjadinya komodifikasi pendidikan.


Artikel:
Pendidikan Sebagai Investasi Jangka Panjang
Bahan ini cocok untuk Semua Sektor Pendidikan.
Nama & E-mail (Penulis): Drs. Nurkolis, MM
Saya Dosen di Jakarta
Tanggal: 1 Juli 2002
Judul Artikel: Pendidikan Sebagai Investasi Jangka Panjang
Topik: Investasi Pendidikan

Artikel:

Pendidikan sebagai Investasi Jangka Panjang Oleh : Nurkolis

Profesor Toshiko Kinosita mengemukakan bahwa sumber daya manusia Indonesia masih sangat lemah untuk mendukung perkembangan industri dan ekonomi. Penyebabnya karena pemerintah selama ini tidak pernah menempatkan pendidikan sebagai prioritas terpenting. Tidak ditempatkannya pendidikan sebagai prioritas terpenting karena masyarakat Indonesia, mulai dari yang awam hingga politisi dan pejabat pemerintah, hanya berorientasi mengejar uang untuk memperkaya diri sendiri dan tidak pernah berfikir panjang (Kompas, 24 Mei 2002).

Pendapat Guru Besar Universitas Waseda Jepang tersebut sangat menarik untuk dikaji mengingat saat ini pemerintah Indonesia mulai melirik pendidikan sebagai investasi jangka panjang, setelah selama ini pendidikan terabaikan. Salah satu indikatornya adalah telah disetujuinya oleh MPR untuk memprioritaskan anggaran pendidikan minimal 20 % dari APBN atau APBD. Langkah ini merupakan awal kesadaran pentingnya pendidikan sebagai investasi jangka pangjang. Sedikitnya terdapat tiga alasan untuk memprioritaskan pendidikan sebagai investasi jangka panjang.

Pertama, pendidikan adalah alat untuk perkembangan ekonomi dan bukan sekedar pertumbuhan ekonomi. Pada praksis manajemen pendidikan modern, salah satu dari lima fungsi pendidikan adalah fungsi teknis-ekonomis baik pada tataran individual hingga tataran global. Fungsi teknis-ekonomis merujuk pada kontribusi pendidikan untuk perkembangan ekonomi. Misalnya pendidikan dapat membantu siswa untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk hidup dan berkompetisi dalam ekonomi yang kompetitif.

Secara umum terbukti bahwa semakin berpendidikan seseorang maka tingkat pendapatannya semakin baik. Hal ini dimungkinkan karena orang yang berpendidikan lebih produktif bila dibandingkan dengan yang tidak berpendidikan. Produktivitas seseorang tersebut dikarenakan dimilikinya keterampilan teknis yang diperoleh dari pendidikan. Oleh karena itu salah satu tujuan yang harus dicapai oleh pendidikan adalah mengembangkan keterampilan hidup. Inilah sebenarnya arah kurikulum berbasis kompetensi, pendidikan life skill dan broad based education yang dikembangkan di Indonesia akhir-akhir ini. Di Amerika Serikat (1992) seseorang yang berpendidikan doktor penghasilan rata-rata per tahun sebesar 55 juta dollar, master 40 juta dollar, dan sarjana 33 juta dollar. Sementara itu lulusan pendidikan lanjutan hanya berpanghasilan rata-rata 19 juta dollar per tahun. Pada tahun yang sama struktur ini juga terjadi di Indonesia. Misalnya rata-rata, antara pedesaan dan perkotaan, pendapatan per tahun lulusan universitas 3,5 juta rupiah, akademi 3 juta rupiah, SLTA 1,9 juta rupiah, dan SD hanya 1,1 juta rupiah.

Para penganut teori human capital berpendapat bahwa pendidikan adalah sebagai investasi sumber daya manusia yang memberi manfaat moneter ataupun non-moneter. Manfaat non-meneter dari pendidikan adalah diperolehnya kondisi kerja yang lebih baik, kepuasan kerja, efisiensi konsumsi, kepuasan menikmati masa pensiun dan manfaat hidup yang lebih lama karena peningkatan gizi dan kesehatan. Manfaat moneter adalah manfaat ekonomis yaitu berupa tambahan pendapatan seseorang yang telah menyelesaikan tingkat pendidikan tertentu dibandingkan dengan pendapatan lulusan pendidikan dibawahnya. (Walter W. McMahon dan Terry G. Geske, Financing Education: Overcoming Inefficiency and Inequity, USA: University of Illionis, 1982, h.121).

Sumber daya manusia yang berpendidikan akan menjadi modal utama pembangunan nasional, terutama untuk perkembangan ekonomi. Semakin banyak orang yang berpendidikan maka semakin mudah bagi suatu negara untuk membangun bangsanya. Hal ini dikarenakan telah dikuasainya keterampilan, ilmu pengetahuan dan teknologi oleh sumber daya manusianya sehingga pemerintah lebih mudah dalam menggerakkan pembangunan nasional.
Nilai

Balik Pendidikan
Kedua, investasi pendidikan memberikan nilai balik (rate of return) yang lebih tinggi dari pada investasi fisik di bidang lain. Nilai balik pendidikan adalah perbandingan antara total biaya yang dikeluarkan untuk membiayai pendidikan dengan total pendapatan yang akan diperoleh setelah seseorang lulus dan memasuki dunia kerja. Di negara-negara sedang berkembang umumnya menunjukkan nilai balik terhadap investasi pendidikan relatif lebih tinggi dari pada investasi modal fisik yaitu 20 % dibanding 15 %. Sementara itu di negara-negara maju nilai balik investasi pendidikan lebih rendah dibanding investasi modal fisik yaitu 9 % dibanding 13 %. Keadaan ini dapat dijelaskan bahwa dengan jumlah tenaga kerja terdidik yang terampil dan ahli di negara berkembang relatif lebih terbatas jumlahnya dibandingkan dengan kebutuhan sehingga tingkat upah lebih tinggi dan akan menyebabkan nilai balik terhadap pendidikan juga tinggi (Ace Suryadi, Pendidikan, Investasi SDM dan Pembangunan: Isu, Teori dan Aplikasi. Balai Pustaka: Jakarta, 1999, h.247).

Pilihan investasi pendidikan juga harus mempertimbangkan tingkatan pendidikan. Di Asia nilai balik sosial pendidikan dasar rata-rata sebesar 27 %, pendidikan menengah 15 %, dan pendidikan tinggi 13 %. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka manfaat sosialnya semakin kecil. Jelas sekali bahwa pendidikan dasar memberikan manfaat sosial yang paling besar diantara tingkat pendidikan lainnya. Melihat kenyataan ini maka struktur alokasi pembiayaan pendidikan harus direformasi. Pada tahun 1995/1996 misalnya, alokasi biaya pendidikan dari pemerintah Indonesia untuk Sekolah Dasar Negeri per siswa paling kecil yaitu rata-rata hanya sekirat 18.000 rupiah per bulan, sementara itu biaya pendidikan per siswa di Perguruan Tinggi Negeri mendapat alokasi sebesar 66.000 rupiah per bulan. Dirjen Dikti, Satrio Sumantri Brojonegoro suatu ketika mengemukakan bahwa alokasi dana untuk pendidikan tinggi negeri 25 kali lipat dari pendidikan dasar. Hal ini menunjukkan bahwa biaya pendidikan yang lebih banyak dialokasikan pada pendidikan tinggi justru terjadi inefisiensi karena hanya menguntungkan individu dan kurang memberikan manfaat kepada masyarakat.

Reformasi alokasi biaya pendidikan ini penting dilakukan mengingat beberapa kajian yang menunjukkan bahwa mayoritas yang menikmati pendidikan di PTN adalah berasal dari masyarakat mampu. Maka model pembiayaan pendidikan selain didasarkan pada jenjang pendidikan (dasar vs tinggi) juga didasarkan pada kekuatan ekonomi siswa (miskin vs kaya). Artinya siswa di PTN yang berasal dari keluarga kaya harus dikenakan biaya pendidikan yang lebih mahal dari pada yang berasal dari keluarga miskin. Model yang ditawarkan ini sesuai dengan kritetia equity dalam pembiayaan pendidikan seperti yang digariskan Unesco.

Itulah sebabnya Profesor Kinosita menyarankan bahwa yang diperlukan di Indonesia adalah pendidikan dasar dan bukan pendidikan yang canggih. Proses pendidikan pada pendidikan dasar setidaknnya bertumpu pada empat pilar yaitu learning to know, learning to do, leraning to be dan learning live together yang dapat dicapai melalui delapan kompetensi dasar yaitu membaca, menulis, mendengar, menutur, menghitung, meneliti, menghafal dan menghayal. Anggaran pendidikan nasional seharusnya diprioritaskan untuk mengentaskan pendidikan dasar 9 tahun dan bila perlu diperluas menjadi 12 tahun. Selain itu pendidikan dasar seharusnya “benar-benar” dibebaskan dari segala beban biaya. Dikatakan “benar-benar” karena selama ini wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan pemerintah tidaklah gratis. Apabila semua anak usia pendidikan dasar sudah terlayani mendapatkan pendidikan tanpa dipungut biaya, barulah anggaran pendidikan dialokasikan untuk pendidikan tingkat selanjutnya.
Fungsi

Non Ekonomi
Ketiga, investasi dalam bidang pendidikan memiliki banyak fungsi selain fungsi teknis-ekonomis yaitu fungsi sosial-kemanusiaan, fungsi politis, fungsi budaya, dan fungsi kependidikan. Fungsi sosial-kemanusiaan merujuk pada kontribusi pendidikan terhadap perkembangan manusia dan hubungan sosial pada berbagai tingkat sosial yang berbeda. Misalnya pada tingkat individual pendidikan membantu siswa untuk mengembangkan dirinya secara psikologis, sosial, fisik dan membantu siswa mengembangkan potensinya semaksimal mungkin (Yin Cheong Cheng, School Effectiveness and School-Based Management: A Mechanism for Development, Washington D.C: The Palmer Press, 1996, h.7).

Fungsi politis merujuk pada sumbangan pendidikan terhadap perkembangan politik pada tingkatan sosial yang berbeda. Misalnya pada tingkat individual, pendidikan membantu siswa untuk mengembangkan sikap dan keterampilan kewarganegaraan yang positif untuk melatih warganegara yang benar dan bertanggung jawab. Orang yang berpendidikan diharapkan lebih mengerti hak dan kewajibannya sehingga wawasan dan perilakunya semakin demoktratis. Selain itu orang yang berpendidikan diharapkan memiliki kesadaran dan tanggung jawab terhadap bangsa dan negara lebih baik dibandingkan dengan yang kurang berpendidikan.

Fungsi budaya merujuk pada sumbangan pendidikan pada peralihan dan perkembangan budaya pada tingkatan sosial yang berbeda. Pada tingkat individual, pendidikan membantu siswa untuk mengembangkan kreativitasnya, kesadaran estetis serta untuk bersosialisasi dengan norma-norma, nilai-nilai dan keyakinan sosial yang baik. Orang yang berpendidikan diharapkan lebih mampu menghargai atau menghormati perbedaan dan pluralitas budaya sehingga memiliki sikap yang lebih terbuka terhadap keanekaragaman budaya. Dengan demikian semakin banyak orang yang berpendidikan diharapkan akan lebih mudah terjadinya akulturasi budaya yang selanjutnya akan terjadi integrasi budaya nasional atau regional.

Fungsi kependidikan merujuk pada sumbangan pendidikan terhadap perkembangan dan pemeliharaan pendidikan pada tingkat sosial yang berbeda. Pada tingkat individual pendidikan membantu siswa belajar cara belajar dan membantu guru cara mengajar. Orang yang berpendidikan diharapkan memiliki kesadaran untuk belajar sepanjang hayat (life long learning), selalu merasa ketinggalan informasi, ilmu pengetahuan serta teknologi sehingga terus terdorong untuk maju dan terus belajar.

Di kalangan masyarakat luas juga berlaku pendapat umum bahwa semakin berpendidikan maka makin baik status sosial seseorang dan penghormatan masyarakat terhadap orang yang berpendidikan lebih baik dari pada yang kurang berpendidikan. Orang yang berpendidikan diharapkan bisa menggunakan pemikiran-pemikirannya yang berorientasi pada kepentingan jangka panjang. Orang yang berpendidikan diharapkan tidak memiliki kecenderungan orientasi materi/uang apalagi untuk memperkaya diri sendiri.

Kesimpulan
Jelaslah bahwa investasi dalam bidang pendidikan tidak semata-mata untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi tetapi lebih luas lagi yaitu perkembangan ekonomi. Selama orde baru kita selalu bangga dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, namun pertumbuhan ekonomi yang tinggi itu hancur lebur karena tidak didukung oleh adanya sumber daya manusia yang berpendidikan. Orde baru banyak melahirkan orang kaya yang tidak memiliki kejujuran dan keadilan, tetapi lebih banyak lagi melahirkan orang miskin. Akhirnya pertumbuhan ekonomi hanya dinikmati sebagian orang dan dengan tingkat ketergantungan yang amat besar.

Perkembangan ekonomi akan tercapai apabila sumber daya manusianya memiliki etika, moral, rasa tanggung jawab, rasa keadilan, jujur, serta menyadari hak dan kewajiban yang kesemuanya itu merupakan indikator hasil pendidikan yang baik. Inilah saatnya bagi negeri ini untuk merenungkan bagaimana merencanakan sebuah sistem pendidikan yang baik untuk mendukung perkembangan ekonomi. Selain itu pendidikan juga sebagai alat pemersatu bangsa yang saat ini sedang diancam perpecahan. Melalui fungsi-fungsi pendidikan di atas yaitu fungsi sosial-kemanusiaan, fungsi politis, fungsi budaya, dan fungsi kependidikan maka negeri ini dapat disatukan kembali. Dari paparan di atas tampak bahwa pendidikan adalah wahana yang amat penting dan strategis untuk perkembangan ekonomi dan integrasi bangsa. Singkatnya pendidikan adalah sebagai investasi jangka panjang yang harus menjadi pilihan utama.

Bila demikian, ke arah mana pendidikan negeri ini harus dibawa? Bagaimana merencanakan sebuah sistem pendidikan yang baik? Marilah kita renungkan bersama.
Nurkolis, Dosen Akademi Pariwisata Nusantara Jaya di Jakarta.

Saya Drs. Nurkolis, MM setuju jika bahan yang dikirim dapat dipasang dan digunakan di Homepage Pendidikan Network dan saya menjamin bahwa bahan ini hasil karya saya sendiri dan sah (tidak ada copyright). .

CATATAN:
Artikel-artikel yang muncul di sini akan tetap di pertanggungjawabkan oleh penulis-penulis artikel masing-masing dan belum tentu mencerminkan sikap, pendapat atau kepercayaan Pendidikan Network.


Memancing Kreativitas
Mei 15, 2008, 7:08 am
Diarsipkan di bawah: ARTIKEL DUNIA KERJA

Berapa kali Anda merasa otak tiba-tiba kosong dan tidak tahu harus melakukan apa, yang
sialnya selalu terjadi saat Anda dikejar deadline laporan yang harus diberikan pada atasan?
Bukan hanya itu, Anda tidak bisa menulis apa-apa karena tidak ada bayangan apa yang harus
ditulis, sehingga hanya mampu menatap kertas kosong dengan perasaan tak berdaya. Ups,
jangan panik dulu. Ini kukan pertanda Anda mulai pikun (dan percaya deh, Anda tidak
mengidap penyakit Alzheimer yang menyerang secara mendadak). Bisa jadi, hal ini disebabkan
karena Anda harus mulai menyesuaikan diri dengan keadaan baru tersebut.
Jadi bagi Anda yang mungkin saat ini sedang pusing karena terlalu sibuk, istirahat dulu sebentar
dan simak artikel berikut. Siapa tahu akan membantu.
1. Lakukan pada waktu yang tepat
Kebanyakan orang yang telah berumur berpikir lebih jernih pada pagi hari; sedangkan
mereka yang lebih muda, pada siang hari. Temukan kapan waktu Anda yang tepat, dan
selesaikan masalah-masalah yang memerlukan pemikiran di waktu-waktu tersebut.
2. Pendidikan tinggi — namun jangan terlalu berlebihan
Pendidikan sekolah memiliki pengaruh besar dalam memupuk kreativitas seseorang
terutama pada masa-masa akhir kuliah, namun penaruh tersebut mulai menurun
setelah lulus. Pendidikan memang sangat penting, namun hal itu tidak menjamin
kesuksesan Anda di bidang tersebut (alias banyak hal-hal lain yang harus diperhatikan).
3. Mengikuti nasehat Konfusius
salah satu petunjuk mengingat yang selalu digunakan oleh para ahli yang melakukan
penelitian tentang ingatan : Supaya tidak lupa bila ada hal penting, tulis di secarik
kertas. Sebagaimana kata pepatah Cina, tulisan yang tintanya tidak jelas bertahan lebih
lama daripada ingatan paling kuat sekalipun.
4. Tampil bersemangat dengan doping
Penelitian menunjukkan kadar kafein dalam secangkir kopi dapat membantu kita
berkonsentrasi terhadap sesuatu hal dengan lebih baik. Namun bagi Anda yang rentan
atau mudah terkena depresi, sebaiknya jauhkan diri dari sentuhan kopi karena akan
berakibat buruk bagi sel-sel otak.
5. Hubungkan hal baru dengan yang lama
Dengan menghubungkan informasi atau hal-hal baru dengan apa yang telah Anda
ketahui, percaya deh, akan lebih mudah untuk mengingatnya kembali.
6. Berlatih terus
Belajar dan melatih kemampuan yang baru didapat dengan berulang-ulang akan
mengubah organisasi internal otak, yang pada akhirnya akan sangat membantu dalam
melakukan proses mengingat. Jadi kuncinya adalah berlatih, berlatih, dan berlatih.
7. Beri kesempatan pada ide- ide baru
Kebanyakan dari kita memperoleh kelebihan kemampuan yang dengan cepat
menyaring fakta yang ada dan dengan cepat pula memutuskan “ya-atau-tidak”.
Kreativitas memerlukan lebih banyak waktu senggang atau pendekatan yang lebih
santai — yaitu dengan memberikan ruang bagi ide- ide gila Anda.
8. Pilih profesi yang menghadirkan tantangan bagi otak dan pasangan yang
cerdas
Orang-orang yang berkarir di bidang yang memerlukan tingkat konsentrasi atau
penggunaan intelegensi tinggi besar kemungkinannya untuk dapat mempertahankan
kognisinya di level tertinggi. Selain itu, menikahi seseorang yang pintar juga dapat
membantu Anda untuk terus mendapat stimulasi tingkat tinggi.
9. Jangan ragu untuk mengetahui hal- hal baru
Kreativitas kerap diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengadaptasikan satu
cara penyelesaian masalah ke masalah lain yang berbeda. Banyak sekali contoh
kreativitas manusia yang bermula dari hal-hal kecil (namun menjadi besar), misalnya
ide membuat pin untuk membuka kaleng minuman ringan yang berasal dari cara
seseorang membuka kulit pisang.
10. Belajar dari pengalaman Da Vinci
Seperti halnya Da Vinci yang terkenal dengan ide-ide revolusionernya (dan
membuatnya dijuluki sebagai pelopor jaman rennaisance), tidak ada salahnya
melakukan hal-hal yang tidak berhubungan dengan pekerjaan, yang tujuannya adalah
untuk merangsang stimulasi otak. Beberapa diantaranya misalnya melakukan juggling
bola atau menulis dengan tangan kiri (atau kanan bagi Anda yang kidal).
11. Perhatian
Pernah mengalami lupa nama seseorang beberapa saat setelah Anda bertemu atau
berkenalan dengannya? Masalahnya bukan pada ingatan Anda, namun lebih ke arahkonsentrasi yang tercurah saat itu. Dengan bertambahnya umur, kita harus lebih sering
mengulang-ulang informasi yang baru didapat supaya masuk ke pusat penyimpanan
data yang terletak di dalam otak kita.
12. Mendengarkan musik klasik
Seorang psiolog eksperimental menemukan sebuah bukti yang mendukung adanya
“Efek Mozart” — otak yang terekspos (dalam hal ini mendengarkan) musik klasik
(contohnya Mozart) akan dirangsang saedemikian rupa sehingga informasi yang kita
peroleh dapat masuk lebih cepat ke dalam otak.
13. Menjaga kebugaran badan
Banyak yang percaya bahwa dengan berolah raga, maka kemampuan
berpikir/mengingat juga akan semakin menguat. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya
kadar oksigen dan nutrisi yang dialirkan ke dalam otak, sehingga merangsang sel-sel
otak untuk tumbuh lebih pesat. Meski penelitian belum membuktikan pandangan ini
akurat, rasanya tidak ada salahnya kalau dicoba.
14. Mencoba sesuatu yang baru
Dalam sebuah studi yang membandingkan orang-orang yang mudah mengalami
burnout dengan mereka yang dapat mempertahankan kreativitasnya, diketahui bahwa
kelompok yang terakhir dapat mempertahankan penampilannya karena terus berusaha
menambah pengetahuannya. Jadi, siapa bilang membaca itu tidak penting?
15. Hindari hal-hal yang bisa membuat Anda tidak fokus
Saat berada dalam situasi chaos atau berisik di mana banyak hal-hal di sekitar yang
mampu mengganggu konsentrasi. Seandainya harus mengerjakan sesuatu yang
penting, akan lebih baik bila Anda mampu menjauh dari lingkungan tersebut, misalnya
dengan menyendiri di tempat sepi supaya lebih berkonsentrasi.
Satu hal lagi yang tidak boleh dilupakan adalah untuk tetap mengobarkan semangat (rasa cinta)
Anda terhadap pekerjaan yang sedang dilakukan! Dalam sebuah penelitian yang dilakukan
seorang psikolog Belanda terhadap master dan grandmaster catur menunjukkan bahwa tidak
ada perbedaan tingkat kecerdasan diantara mereka. Satu-satunya yang membedakan adalah :
para grandmaster menyukai dan menghayati permainan catur. Ini menunjukkan bahwa
semangat seseorang adalah pemicu yang paling baik bagi kreativitas. Coba saja kalau tidak
percaya!


Seputar Dunia KerjaBerhasil dan Gagal



Never stop learning! You will succeed....!


Rani sangat tidak puas ketika bulan ini Andi kembali menjadi juara pertama lagi. Masalahnya dulu mereka diterima bekerja di bagian penjualan bersama-sama. Mereka telah bekerja selama tujuh bulan. Tapi sejak empat bulan yang lalu prestasi Andi tiba-tiba meningkat.


Kini Andi telah empat bulan berturut-turut menjadi juara karena hasil penjualannya paling tinggi. Sungguh, Rani sangat kesal. Motivasinya menurun karena merasa tak mungkin mengalahkan Andi. Untuk apa bersusah payah menjual kalau selalu Andi yang menang? Ia kehilangan harapan. Ia merasa apapun yang dilakukannya pasti gagal.
Selanjutnya...

Pemimpin Yang Berprinsip
Ditulis oleh Stephen R. Covey



Dalam situasi bisnis sekarang ini tampaknya mudah sekali orang membenarkan
cara-cara kasar demi tujuan baik. Bagi mereka, "bisnis adalah bisnis",
sedangkan "etika dan prinsip terkadang harus mengalah pada keuntungan".
Selain itu, banyak juga kita lihat para pelaku dan pemimpin bisnis yang
tampak berhasil menumpuk kekayaan, namun di belakang kehidupan mereka tampak
kacau dan mengenaskan. Padahal bila kita tinjau, hampir setiap minggu muncul
teori manajemen baru, namun tampaknya sedikit sekali yang meninggalkan hasil
yang diharapkan. Mengapa demikian?
Selanjutnya...

Pemimpin Yang Melayani
Ditulis oleh Glorianet



Semakin banyak saya membaca literatur atau konsep mengenai kepemimpinan, semakin saya merasa tidak mungkin menjadi seorang pemimpin yang baik. Bayangkan, menurut berbagai ahli kepemimpinan, seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang karismatik, inspirational, transformational, innovative, motivational, memiliki kesadaran global, dan masih banyak lagi istilah-istilah canggih yang semakin menunjukkan betapa predikat "pemimpin" menjadi sangat eksklusif. Jika untuk menjadi pemimpin harus memiliki kualifikasi secanggih itu, lalu berapa banyak orang yang mampu menjadi pemimpin di masa mendatang?
Selanjutnya...

Bergaul di Lingkungan Kerja




Pergaulan di lingkungan kerja memang berbeda dengan pergaulan di luar lingkungan kerja. Pergaulan di luar kantor umumnya tidak bersifat formil. Karena anda tidak terikat dengan peraturan-peraturan dan prosedur baku. Sedangkan di kantor atau perusahaan, pergaulan lebih bersifat resmi. Apalagi di kantor ada tingkatan jabatan, mulai level terendah sampai level pimpinan.
Selanjutnya...

Mengelola Waktu atau Energi ?
Ditulis oleh Eileen Rachman


Dalam sebuah pertemuan bertemakan kepemimpinan, seorang GM dari perusahaan properti raksasa mengeluhkan pekerjaannya yang “overloaded”. Tantangan kerjanya dirasa bertambah memusingkan karena ia harus menservis beberapa atasan dengan kemauan yang berbeda-beda dan berubah-ubah, sementara bawahan pun tidak bisa dilepas. Di balik keluhan teman kita mengenai beban dan tanggung jawab yang bertumpuk ini, sesungguhnya ia mengemukakan pula rasa frustrasi atas tidakberhasilannya mengelola waktu yang hanya 24 jam, agar semua pekerjaan tuntas.
Selanjutnya...

6 Sikap Penghambat Promosi






Promosi didapat bukan semata karena kepintaran dan kemampuan kita dalam mengerjakan tugas. Tapi, juga didukung kebiasaan dan sikap simpatik. Nah, kebiasaan buruk apa saja yang dapat menghambat promosi?
Selanjutnya...

10 Sikap Pemacu Karier



Mengapa sebagian orang dapat dengan mudah mencapai posisi teratas di suatu perusahaan, sementara sebagian lagi sulit untuk mendapatkan promosi? Apakah kecerdasan, bakat, serta kekuasaan orang-orang tertentu mudah melesat? Tidak juga. Sikap ternyata lebih berperan. Ikuti sepuluh sikap positif ini, dan yakinlah karier Anda melesat maju.


Free Blogger Templates by Isnaini Dot Com and Bridal Dresses. Powered by Blogger